Krisis Identitas (Identity Crisis)
Apa itu krisis identitas?
Istilah krisis identitas atau identity crisis pertama kali dipopulerkan oleh seorang psikoanalis sekaligus psikolog perkembangan, bernama Erik Erikson. Teori mengenai krisis identitas lahir karena Erikson percaya bahwa hal ini merupakan masalah kepribadian yang sering dihadapi banyak orang dalam hidupnya.
Sejatinya, memang proses pembentukan identitas adalah salah satu bagian penting dari kehidupan seseorang. Identitas akan terus berkembang dan berubah seumur hidup, selama Anda menghadapi kondisi, situasi, maupun tantangan baru.
Krisis identitas adalah sebuah konflik dalam diri yang memang bisa muncul selama kehidupan. Ini membuat Anda akan terus berpikir dan menyangkutpautkan keberadaan Anda dengan kehidupan yang sedang Anda jalani.
Sebenarnya, hal yang normal untuk mempertanyakan mengenai keberadaan dan kepentingan Anda dalam hidup ini. Namun, ketika pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah mulai masuk dan memengaruhi pikiran bahkan kehidupan pribadi Anda, tandanya Anda telah mengalami krisis identitas.
Ciri Krisis Identitas :
- Selalu mempertanyakan mengenai siapa diri Anda yang kemudian berujung pada kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. Misalnya karir, pasangan, keluarga, keyakinan, dan lain sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berdampak terhadap cara diri Anda melihat diri sendiri.
- Pernah atau bahkan sering mengalami konflik batin karena pertanyaan-pertanyaan tersebut. Adanya perubahan besar yang sadar atau tidak turut memengaruhi perasaan dan kehidupan pribadi Anda. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mendorong Anda untuk mencari tahu lebih dalam mengenai arti dan tujuan hidup.
Dalam taraf normal, sederet pertanyaan yang hadir di benak Anda mungkin tidak akan bertahan lama atau segera bertemu dengan jawabannya. Akan tetapi, masalah kepribadian ini tak jarang malah mengakibatkan stres hingga depresi berkepanjangan pada beberapa orang.
Kenapa bisa terjadi ?
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa konflik dalam diri terkait identitas dan kehidupan biasanya hadir di kelompok usia remaja dan paruh baya. Nyatanya tidak hanya itu. Masalah kepribadian ini bisa terjadi pada siapa pun, terlepas dari berapa usianya dan apa latar belakang kehidupannya.
Mayoritas akar penyebab krisis identitas berasal dari tekanan hidup, sehingga mengakibatkan stres dan depresi.
Entah itu karena keretakan rumah tangga, perceraian orangtua, mengalami peristiwa traumatis, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan masalah mendalam lainnya.
Kesemua masalah tersebut sedikit banyak dapat berdampak pada kehidupan sehari-hari, yang memengaruhi cara Anda melihat dan menilai diri sendiri.
Solusi : "mungkin"
Kunci utamanya, tentu Anda harus melepaskan semua “beban” yang tertahan di pikiran dan diri Anda terlebih dulu. Sebab kadang, persepsi orang lain tanpa sadar turut memengaruhi tindak-tanduk Anda.
Hindari terlalu menghabiskan waktu untuk berpikir mengenai hal-hal yang justru bisa menciutkan semangat Anda dalam beraktivitas.
Ingat, setiap orang punya kemampuan dan keterbatasannya sendiri-sendiri yang membedakannya dengan orang-orang lainnya. Jangan lupa untuk selalu mencari kebahagiaan sebagai “makanan” untuk hati dan pikiran Anda.
Memang butuh proses yang tidak singkat dan mudah, tapi berusahalah untuk menemukan berbagai hal menyenangkan yang bisa lebih menyemangati diri Anda dalam menjalani hidup.
Mungkin dengan bergabung dalam kegiatan sosial, menekuni hobi, atau mencari pekerjaan baru yang lebih sesuai dengan kemampuan Anda. Bukan hanya sekadar membuat diri menjadi lebih baik, cara tersebut setidaknya akan membantu Anda agar lebih bersyukur dalam hidup.
Penting untuk menjalin pertemanan seluas-luasnya, serta minta dukungan orang-orang di sekitar Anda.
Lambat laun, energi positif dari lingkungan sekitar akan ikut memengaruhi diri Anda sehingga meredakan stres dan krisis identitas yang sedang dialami.
Semoga bermanfaat (^_^)
masuk akal juga
ReplyDelete